5/15/2018

Makna Tumpeng

MAKNA TUMPENG BAGI MASYARAKAT JAWA


Kata tumpeng diartikan sebagai “tumapaking panguripan tumindak lempeng tumuju pangeran” atau dapat diartikan manusia harus hidup menuju jalan Allah.

Bentuk kerucut merupakan gunung, yaitu tempat yang sakral dan lauk pauk sekelilingnya adalah kehidupan lingkungan sehingga sebagai kesatuan yang tumpeng dan rangkaiannya adalah simbol ekosistem.



Bentuk kerucut tumpeng terkait dengan kondisi geografis Pulau Jawa yang banyak memiliki gunung berapi. Karena mendapat pengaruh budaya Hindu, dulu masyarakat Indonesia memuliakan gunung. Makanya, dicetaklah nasi menjadi bentuk gunung Mahameru yang diyakini sebagai tempat bersemayamnya dewa-dewi.

Kerucut yang runcing melambangkan hubungan antara manusia dengan Tuhan, dengan menempatkan Tuhan pada posisi puncak yang membawahi alam dengan segala isinya dibawah puncak itu (badan dan dasar kerucut). Kerucut yang kokoh terdiri dari butir-butir nasi melambangkan persatuan dan kebersamaan memohon perlindungan dan keselamatan kepada Tuhan.

Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) pun telah menetapkan tumpeng sebagai salah satu dari 30 ikon kuliner tradisional Indonesia. Tumpeng dianggap dikenal secara luas oleh masyarakat, ada pelaku profesional yang membuatnya, serta bahan-bahannya mudah didapatkan.

Tak heran, tumpeng hampir selalu ada dalam upacara tradisional seperti mitoni (nujuh bulanan), kelahiran bayi, ulang tahun, pernikahan, sunatan, perayaan panen, bahkan upacara pemakaman. Dalam masyarakat modern, tumpeng juga hadir dalam perayaan ulang tahun perusahaan, HUT RI, serta acara-acarabesar.

Sejak 1970-an, tumpeng sudah mulai meninggalkan nilai-nilai spiritual aslinya. Kini, tumpeng dibuat berdasarkan estetika dan nilai gizinya, sehingga tambahan sayuran seperti seledri, wortel, dan tomat sudah jamak. Bahkan, lauk seperti perkedel, abon, kedelai goreng, telur dadar, potongan mentimun, tempe kering, serundeng, urap, ikan asin, dll sudah jadi semacam 'menu wajib' tumpeng.

Dalam melakukan pemotongan tumpeng tidak dilakukan secara sembarang. Terdapat rangkaian yang memiliki banyak makna. Dalam memotong kerucut dari tumpeng dianjurkan untuk menganmbil sedikit bagian tengah kerucut kemudian baru dipotong ujungnya. Hal ini diartikan bahwa sebagai manusia yang baik hendaknya memulai dari suatu proses yang dilambangkan dengan bagian tengah bukan hanya menikmati hasil dan berada dipuncak tanpa suatu proses yang berarti.

Orang jawa yang selalu memperhatikan segala sesuatu dalam konsep kehidupan yang diterapkan dalam sebuah wujud tumpeng. Kita sebagai generasi penerus dari para leluhur hendaknya kita menjaga dengan baik serta meneruskannyadari generasi ke generasi.